Pertunjukan Teater "Malam Terakhir" Memukau Penonton dengan Karya Yukio Mishima

Surabaya, 16 November 2024 — Prodi S1 Pendidikan Sendratasik UNESA kembali
menampilkan sebuah pertunjukan teater yang penuh makna dan simbolisme melalui
naskah "Malam Terakhir" karya Yukio Mishima. Pertunjukan ini
disutradarai oleh Risma Adit dengan Madhu Fatma sebagai asisten sutradara (astrada),
menghadirkan kisah yang memadukan elemen cinta, budaya, dan perjuangan dengan
sangat kuat.
"Malam Terakhir": Sebuah Kisah tentang Ketulusan Cinta dan Pergulatan Hidup

Mengambil inspirasi dari naskah klasik Mishima, "Malam Terakhir"
menggambarkan kisah tragis yang diwarnai oleh romansa yang dalam serta dilema
budaya yang kental. Tokoh utama dalam cerita ini adalah Komachi, seorang wanita
tua yang dulunya sangat cantik dan digilai oleh banyak pria. Namun, seiring
berjalannya waktu, kecantikannya memudar dan dia hidup dalam kenangan masa
lalunya yang penuh dengan cinta dan penyesalan.
Makna mendalam yang terkandung dalam kisah ini mencerminkan perjuangan
manusia melawan keegoisan, ketakutan, dan waktu. Sang sutradara, Risma Adit,
mengungkapkan bahwa melalui karya ini ia ingin menyoroti ironi antara cinta
yang kekal dan realitas yang tidak terelakkan dari kehidupan. "Kisah ini
bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang kebijaksanaan yang lahir dari
penderitaan dan kehilangan," ujarnya.
Sotoba Komachi: Refleksi Budaya dan Pertarungan Spiritual
Dalam "Malam Terakhir," unsur budaya Jepang diwakili dengan kuat
oleh karakter Komachi dan simbolisme Sotoba (papan nisankah Buddha). Komachi
digambarkan sebagai sosok yang terjebak di antara dunia fana dan spiritual,
sebuah metafora yang menggambarkan perjuangannya melawan takdir. Pertunjukan
ini mengajak penonton untuk merenungkan makna cinta sejati dan bagaimana budaya
dapat mempengaruhi persepsi kita terhadap hubungan manusia.
Madhu Fatma, sebagai astrada, menambahkan bahwa unsur budaya Jepang dalam
pertunjukan ini bukan hanya dekoratif, tetapi juga sebagai media yang membawa
pesan kuat tentang ketulusan dan nilai-nilai tradisional. "Kami ingin
menampilkan Sotoba Komachi sebagai simbol transisi dan refleksi, bagaimana kita
sering kali hanya menghargai cinta ketika sudah terlambat," jelas Madhu.
Pementasan yang Menggugah Perasaan Penonton
Pertunjukan "Malam Terakhir" berhasil menciptakan suasana magis di
panggung dengan set yang minimalis namun ekspresif, memanfaatkan pencahayaan
yang dramatis untuk membangun suasana melankolis. Penampilan para aktor,
terutama pemeran Komachi, dipuji karena mampu menyampaikan emosi yang kompleks
dan mendalam.
Banyak penonton yang tersentuh oleh kisah yang disajikan. "Ini adalah
pengalaman teater yang sangat emosional dan penuh refleksi," ungkap salah
satu penonton. "Kisah Komachi membuat saya merenungkan tentang waktu dan
cinta yang sering kita abaikan dalam kehidupan sehari-hari."
Sebuah Perayaan Seni Teater yang Sarat Makna
Pementasan "Malam Terakhir" membuktikan kekuatan teater dalam
menyampaikan pesan yang mendalam dan menyentuh. Dengan penyutradaraan yang
cermat oleh Risma Adit dan dukungan astrada Madhu Fatma, pertunjukan ini
menjadi bukti nyata dedikasi Prodi S1 Pendidikan Sendratasik UNESA dalam
menghidupkan karya klasik dengan interpretasi yang relevan bagi penonton masa
kini.
Pertunjukan ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sebuah ajakan untuk merenungkan arti cinta, budaya, dan perjuangan hidup yang kita jalani.





Editor: Syaiful Qadar Basri
@ipoenkbadhoet
https://s1psendratasik.fbs.unesa.ac.id/
https://s2pendsenibudaya.pasca.unesa.id/
https://s3pendidikanseni.fbs.unesa.ac.id/