Hari Kedua Pementasan Seni di Graha Sawunggaling Unesa: Tradisi, Modernisasi, dan Pengorbanan

Surabaya, 9 Januari 2025 – Setelah sukses dengan pertunjukan pada hari pertama, Purna Madya Warsa angkatan 2023 dan 2024 kembali menggelar pementasan seni pada hari kedua di Graha Sawunggaling Unesa. Acara ini menampilkan dua pertunjukan yang sarat akan nilai budaya dan perenungan moral, yaitu TUK dan The Crucible.

Sinopsisnya mengisahkan tentang Desa Magersaren, sebuah desa yang memegang teguh tradisi dan adat leluhur. Konflik bermula dari perdebatan nilai-nilai budaya yang harus dijaga di tengah tekanan modernitas. Cerita ini menggambarkan perjuangan antara mempertahankan tradisi dan menerima perubahan demi menghadapi tantangan zaman. Penonton diajak merenungkan, bagaimana tradisi dapat bertahan tanpa mengorbankan kemajuan?

The Crucible adalah metafora yang menggambarkan peristiwa Salem
Witch Trials di Massachusetts pada tahun 1690-an. Ceritanya berpusat pada
Abigail Williams, yang memulai rumor tentang praktik ilmu sihir untuk memenuhi
ambisinya terhadap John Proctor, meskipun Proctor telah menikah dengan
Elizabeth Proctor.
Drama ini menampilkan intrik yang melibatkan tuduhan palsu, balas dendam,
dan perebutan kekuasaan. John Proctor menjadi tokoh tragis yang memilih untuk
mempertahankan integritasnya meskipun harus kehilangan nyawanya. Dalam akhir
yang menyentuh, Proctor digambarkan sebagai seorang martir yang membuktikan
dirinya sebagai pria baik hingga akhir hidupnya.
Graha Sawunggaling Unesa kembali menjadi saksi perjalanan seni yang tidak
hanya menghibur, tetapi juga memberikan wawasan yang mendalam tentang
perjuangan manusia di berbagai zaman.
News Writer :
https://s1psendratasik.fbs.unesa.ac.id/
https://s2pendsenibudaya.pasca.unesa.id/