Pertunjukan Seni di Graha Sawunggaling Unesa: Kisah Tragis dan Perenungan Budaya

Surabaya, 8 Januari 2025 – Purna Madya Warsa angkatan 2023 dan 2024 sukses menyelenggarakan sebuah acara seni yang memukau di Graha Sawunggaling Unesa. Malam istimewa ini menampilkan dua pertunjukan utama yang penuh makna, yaitu Antigone dan Malam Terakhir.

Pembuka: “Antigone” Sutradara Syahroni Kurniawan
Pertunjukan pembuka malam ini adalah Antigone, sebuah karya klasik yang digarap dengan apik oleh sutradara Syahroni. Sinopsis singkatnya menggambarkan kisah seorang perempuan istana yang bernama Antigone. Ia gelisah menghadapi hukum negara yang sepihak, dan dengan keberaniannya, ia menentang hukum tersebut langsung di hadapan sang raja. Atas nama kemanusiaan dan agama, Antigone berjuang mencari keadilan. Pertanyaannya, akankah perjuangannya berhasil membawa keadilan yang ia dambakan?

Pementasan Kedua: “Malam Terakhir” Sutradara Risma Adit Setia Putra
“Malam Terakhir” adalah sebuah karya yang terinspirasi dari naskah
klasik Yukio Mishima. Cerita ini mengangkat kisah tragis tentang Komachi,
seorang wanita tua yang dulunya dikenal karena kecantikannya yang luar biasa.
Namun, kecantikan itu membawa kutukan yang mampu merenggut nyawa pria-pria yang
memujanya. Komachi yang kini hidup di masa tua terus dihantui oleh kenangan
cinta masa lalunya, yang dipenuhi penyesalan dan penderitaan.
Sutradara Risma Adit menjelaskan bahwa Malam Terakhir tidak hanya
berkisah tentang cinta, tetapi juga kebijaksanaan yang lahir dari perjuangan
melawan keegoisan, ketakutan, dan keterbatasan waktu. “Karya ini menyuguhkan
ironi antara cinta yang kekal dan kenyataan hidup yang tidak terhindarkan,”
ungkap Risma.

Acara yang berlangsung pada malam ini menjadi momen berharga untuk
menyatukan seni, budaya, dan renungan mendalam. Penonton diajak untuk tidak
hanya menyaksikan keindahan seni panggung tetapi juga merenungkan makna di
balik setiap cerita yang disampaikan.
News Writer :
https://s1psendratasik.fbs.unesa.ac.id/
https://s2pendsenibudaya.pasca.unesa.id/